Senin, 02 April 2012

KESEHATAN

Temu kangen Pengelola Promkes di Kota Metro

Salah satu upaya pembinaan tenaga kesehatan yang dilakukan oleh Pusat Promosi Kesehatan adalah melakukan "Temu Kangen" bersama dengan seluruh pengelola promosi kesehatan puskesmas se-Kota Metro yang diadakan di ruang pertemuan Dinas Kesehatan Kota Metro provinsi Lampung pada tanggal 21 Desember 2011. Pada kesempatan tersebut hadir seluruh pengelola promosi kesehatan di 11 puskesmas kota Metro didampingi oleh Kepala Bidang Sumber Daya Manusia dan Promosi Kesehatan yaitu ibu Maryati, SKM dan Kepala Seksi Promosi Kesehatan ibu Bertha. Hadir juga dalam kesempatan tersebut pengelola promosi kesehatan provinsi Lampung yaitu bapak Muqowis. Temu Kangen dipandu oleh Dr. Ir. Bambang Setiaji, SKM, M.Kes dari Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Pada kesempatan tersebut dilakukan dialog tentang hal-hal berkaitan dengan tugas sebagai seorang promotor kesehatan di puskesmas, peluang dan tantangan ke depan seorang promotor kesehatan serta berbagai hal berkaitan dengan peningkatan kinerja pengelola promosi kesehatan di daerah.

Seorang promotor kesehatan diharapkan dapat menjadi panutan masyarakat dalam menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Oleh sebab itu seorang promotor kesehatan perlu terus meningkatkan kemampuannya baik secara formal melalui jalur pelatihan dan pendidikan maupun tidak formal melalui pembelajaran secara mandiri. Banyak masalah kesehatan berkaitan erat dengan masalah perilaku dan lingkungan yang memerlukan peran seorang promotor kesehatan dalam penanggulangannya. Kuantitas dan kualitas tenaga promotor kesehatan perlu terus ditingkatkan agar percepatan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan dapat segera terwujud. (Bambang Setiaji)

PENDIDIKAN

MEMBANGUN PENDIDIKAN DI KOTA METRO
Oleh : Dr. KHAIDARMANSYAH, S.H.,M.Pd.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Metro



Semua orang, khususnya di Provinsi Lampung sudah tahu bahwa Metro kota pendidikan, karena sudah banyak prestasi di bidang pendidikan yang diukir oleh Kota Metro, baik jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK maupun perguruan tinggi, seperti olimpiade sain nasional, olimpiade olah raga nasional, festival lomba seni siswa nasional, dan lain sebagainya, Di samping itu juga banyak Tokoh Lampung maupun warga Lampung yang berkiprah di tingkat nasional berasal dari Kota Metro. Pada pelantikan Walikota dan Wakil Walikota Metro minggu yang lalu, Gubernur Lampung juga mengatakan bahwa Metro adalah Kota Pendidikan dan mempunyai potensi besar di bidang pendidikan.

Kota Metro dengan luas wilayah 68,74 km2 atau 6.874 ha, dan penduduk berjumlah 151.284 jiwa yang tersebar di 5 kecamatan dan 22 kelurahan, memiliki 189 sekolah/madrasah negeri dan swasta, yang terdiri dari TK/RA 54, PLB 2, SD 55, MI 9, SMP 23, SMP Terbuka 2, MTs 6, SMA 17, MA 6, SMK 15, serta 13 Perguruan Tinggi. Metro memiliki 4.248 guru dan 47.242 Siswa. Kondisi ini cukup menunjang untuk menjadikan Metro sebagai Kota pendidikan.

Namun demikian, Walikota Metro tetap mempunyai visi “Metro sebagai Kota Pendidikan yang unggul dengan masyarakatnya yang sejahtera” , dimana dalam misi pertama ditegaskan “Melanjutkan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas, unggul, dan berakhlak mulia melalui peningkatan iklim dan budaya belajar masyarakat, serta pemerataan fasilitas serta pelayanan pendidikan yang lebih memadai”. Tentu dalam mewujudkan visi dan misi ini Pemerintah Kota Metro harus membuat progam pendidikan yang mengacu kepada RPJM Nasional, Renstra Kementerian Pendidikan Nasional, dan RPJMD Provinsi Lampung, untuk menselaraskan dan mensinergikan program tersebut sehingga ada benang merahnya dengan program nasional dan program Provinsi Lampung. Di samping itu juga harus memperhatikan Inpres Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional dan Inpres Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pembangunan yang berkeadilan.

Dalam renstra Kementerian Pendidikan Nasional, terdapat lima pilar strategi pembangunan pendidikan, yaitu (1) meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, (2) meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan, (3) meningkatkan kualitas/mutu dan relevansi layanan pendidikan, (4) meningkatkan kesetaraan memperoleh layanan pendidikan, dan (5) meningkatkan kepastian/keterjaminan memperoleh layanan pendidikan. Agaknya strategi ini sangat adaptif dengan visi dan misi yang dicanangkan oleh Walikota Metro, dimana stressing pembangunan pendidikan di Kota Metro pada intinya adalah memperluas akses, peningkatan mutu, dan peningkatan sarana prasarana pendidikan, sehingga sekolah sabagai satuan pendidikan dapat memberikan layanan pendidikan yang baik dan memadai sesuai dengan standar pendidikan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Melihat potensi pendidikan yang ada di Metro, kita optimis bahwa Metro sebagai kota pendidikan dapat diwujudkan, hanya saja perlu ada kriteria dan indikator yang jelas dan terukur, untuk dapat menilai berhasil atau tidaknya Pemerintah Kota Metro mewujudkan visi dan misinya itu. Untuk itu program dan kegiatan pembangunan bidang pendidikan harus dilakukan secara holistik dan terpadu serta melibatkan seluruh stakeholder pendidikan dan komitmen yang kuat dari Pemerintah Kota Metro sendiri.

Dari sisi anggaran, dukungan untuk pembangunan pendidikan di Metro masih mengandalkan dana pusat dan provinsi, sedikit sekali kontribusi APBD Kota Metro dalam menunjang program pendidikan. Belanja pendidikan yang dikelola Dinas Pendidikan Kota Metro sebesar Rp. 110.833.626.309,- atau sebesar 27,25 % dari Total APBD Kota Metro Tahun 2010 (telah memenuhi ketentuan undang-undang tentang belanja pendidikan), namun dana tersebut sebesar 91,94 % diserap untuk belanja tidak langsung (gaji pegawai/guru), sehingga praktis 8,36 % yang digunakan untuk membiayai program pembangunan bidang pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal disemua jenjang dan jenisnya. Akibatnya banyak program dan kegiatan yang seharusnya dilaksanakan karena ada kaitannya dengan program pemerintah provinsi dan pusat, tidak mendapat alokasi anggaran, seperti kegiatan Lomba Kompetensi Siswa (LKS), Olimpiande Sain Nasional, Olimpiade Olahraga Siswa Nasional, Festival Lomba Seni Siswa Nasional, Jambore PTK PNF. Selama ini kegiatan tersebut dibiayai secara urunan oleh MKKS, dan tetap berjalan dengan baik.

Gambaran seperti ini perlu diketahui oleh semua pihak bahwa pembangunan pendidikan di daerah khususnya di Kota Metro, belumlah ditopang oleh dana APBD yang memadai, walaupun sudah melebihi 20 % dari total APBD, namun sebagian besar dana tersebut habis terserap untuk belanja pegawai alias “upah tukang”. Untuk itu menjadi tugas berat bagi Dinas Pendidikan Kota Metro mengupayakan dana lain di luar APBD untuk menyokong pembiayaan program pembangunan dalam rangka lebih mensukseskan visi Kota Metro sebagai Kota pendidikan. Selama ini untuk membiayai program pendidikan, masih berharap banyak dengan kucuran dana blockgrant pusat maupun blockgrant dekonsentrasi dan APBD Provinsi Lampung, baik berupa dana BOS, bantuan operasional manajemen (BOM), bantuan imbal swadaya (BIS), bantuan rehabilitasi gedung sekolah, bantuan Anak Usia Sekolah kurang Mampu (AUSKM), bantuan pendidikan non formal dan sebagainya. Sekolahpun tak kalah gesitnya mencari dana penunjang pendidikan melalui dana komite maupun dana bantuan pihak ketiga.

Walaupun kondisi anggaran masih belum memadai, tidak mematahkan semangat semua insan pendidikan di Kota Metro untuk tetap berkarya. Para stakeholder pendidikan seperti Dewan Pendidikan, Komite Sekolah, Fungsional Pengawas, PGRI, Pers dan LSM pemerhati pendidikan serta dukungan penuh dari DPRD Kota Metro menjadi motivator bagi Dinas Pendidikan untuk bekerja lebih optimal menjalankan program dan kegiatannya. Apalagi Walikota Metro telah mencanangkan program “Jam Belajar Masyarakat” yang diharapkan menjadi gerakan bagi semua lapisan masyarakat di Metro, dimana antara pukul 19.00 s/d 21.00 Wib semua masyarakat terutama pelajar dan mahasiswa memanfaatkan waktu itu untuk belajar secara efektif. Tantangan terbesar program ini adalah kebiasaan masyarakat kita menonton televisi pada prime time tersebut, sehingga harus ada kerelaan dari orang tua untuk mematikan televisi pada jam tersebut. Pada jam ini akan dilaksanakan tutorial melalui radio yang disiarkan oleh para guru dan dosen serta adanya kuis interaktif dan kepada siswa yang menjawab dengan benar diberikan reward berupa voucher pulsa, buku bacaan, dan hadiah menarik lainnya. Program ini merupakan salah satu program unggulan yang akan menjadi icon Kota Metro.

Program lainnya adalah melaksanakan pendidikan berbasis Information Communication Technology atau ICT, dimana sekolah sudah harus membiasakan guru dan siswa belajar dengan menggunakan media internet dan televisi pendidikan. Banyak sekali sumber belajar yang bisa diperoleh melalui jardiknas, schoolnet, dan penyedia jasa materi pendidikan lainnya di internet. Guru diharuskan membuat blog, dan memberi PR kepada siswa melalui blog tersebut, serta siswa menyerahkan jawaban melalui email kepada guru. Dapat juga situs jejaring sosial facebook digunakan untuk berinteraksi guru dan siswa. Program ini dapat berjalan manakala para guru sudah “melek” teknologi semuanya, karena masih banyak guru yang tidak bisa mengoperasikan komputer, dan lebih cenderung kredit motor ketimbang kredit laptop.

Tekad Dinas Pendidikan Kota Metro adalah menjadikan kota Metro sebagai barometer pendidikan di Provinsi Lampung, dimana muncul keinginan dari anak-anak di Provinsi Lampung untuk melanjutkan pendidikan ke kota Metro, dan keinginan guru-guru studi banding ke kota Metro. Prestasi di bidang akademik maupun non akademik terus diukir oleh siswa dari Kota Metro. Guru nya pun tidak kalah dengan prestasi siswa, menjadi guru teladan, guru berprestasi, kepala sekolah berprestasi, kepala sekolah berwawasan lingkungan dan sebagainya. Mudah-mudahan dengan kerja keras dan dukungan semua masyarakat, hal ini dapat tercapai, dan pada akhir masa jabatannya, Walikota dengan bangga menyatakan saya berhasil membangun pendidikan di Kota Metro. Insya Allah……

(Tulisan ini sudah pernah dimuat di harian Radar Lampung edisi 23 Agustus 2010)